Temanku bilang
“kita kecewa karena harapan yang terlalu tinggi”. Dan banyak quotes sekarang yang mengatakan
“Sebenarnya kamu tidak kecewa dengan orang lain, kamu hanya kecewa dengan
harapan yang kamu bangun sendiri tentang sesuatu”. Pada intinya, kita kecewa
karena harapan, bahkan yang lebih parah adalah harapan sendiri. Diri sendiri.
Lalu
pertanyaannya, apakah kita salah berharap? Menurutku tidak ada yang salah
dengan harapan. Bukankah harapan adalah doa?
Bukan tentang
harapannya yang salah tapi dimana kita meletakkan harapan itu. Saat bertemu
orang lain atau menemukan suatu barang atau berada dalam situasi tertentu
biasanya kita memiliki ekpektasi terhadapnya dan menimbulkan harapan. Tapi
ternyata ekspektasi kita salah sehingga harapan itu tidak terwujud. Saat itu
terjadi,, dimana kita meletakkan harapan sebelumnya? Kita meletakannya pada
orang lain, pada barang, pada situasi yang kita hadapi saat itu. Wajar kalau
kita sering merasa kecewa.
Saat orang
lain tidak memenuhi harapan kita, apa yang bisa mereka lakukan? Hanya berkata
“maaf” dan janji “besok ga akan kaya gitu lagi deh”. Saat sebuah barang juga
tidak bisa berguna sesuai dengan harapan kita, apa yang bisa mereka lakukan?
Hanya diam. Tentu. Mereka tidak bisa berbicara, sayang. Mereka hanya sebuah barang,
benda mati. Dan terakhir, jika kita dalam situasi tertentu dan ternyata di sana
juga tidak memberikan hasil sesuai harapan, apa yang terjadi? Penyesalan. Semua
itu menimbulkan satu kata, K-E-C-E-W-A.
Lalu dimana
kita harus meletakkan harapan itu? Yap, benar. Kita letakkan harapan di dalam
hati dengan ditemani doa dan titipkan pada Tuhan.
Dan
ternyataaaa…. Jika yang kita dapatkan memenuhi harapan, maka itulah bukti
kekuasaan dan kasih sayang Tuhan kepada kita. Tapi, jika yang kita dapatkan
tidak memenuhi harapan, yakinlah bahwa Tuhan tau harapan itu tidak baik untuk
kita. Tunggulah sebentar. Sabar. Tuhan akan memberikan yang lebih baik dari
harapan itu. Percayalah. Yaa meskipun memang tidak sesegara mungkin. Lalu kita
juga kecewa? Yasudah tidak apa-apa. Tapi ingat, Dia memiliki obat penyembuh
luka untuk kekecewaan kita, sayang. Sedangkan meraka (orang lain, barang, dan
situasi dimana kita berada) tidak memiliki obatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar